Sabtu, 22 November 2014

All of me - John Legend

00.22 0 Comments
[Verse]What would I do without your smart mouthDrawing me in, and you kicking me outGot my head spinning, no kidding, I can’t pin you downWhat’s going on in that beautiful mindI’m on your magical mystery rideAnd I’m so dizzy, don’t know what hit me, but I’ll be alright
[Bridge]My head’s under waterBut I’m breathing fineYou’re crazy and I’m out of my mind
[Chorus]‘Cause all of meLoves all of youLove your curves and all your edgesAll your perfect imperfectionsGive your all to meI’ll give my all to youYou’re my end and my beginningEven when I lose I’m winning‘Cause I give you all, all of meAnd you give me all, all of you
[Verse]How many times do I have to tell youEven when you’re crying you’re beautiful tooThe world is beating you down, I’m around through every moveYou’re my downfall, you’re my museMy worst distraction, my rhythm and bluesI can’t stop singing, it’s ringing, I my head for you
[Bridge]My head’s under waterBut I’m breathing fineYou’re crazy and I’m out of my mind
[Chorus]‘Cause all of meLoves all of youLove your curves and all your edgesAll your perfect imperfectionsGive your all to meI’ll give my all to youYou’re my end and my beginningEven when I lose I’m winning‘Cause I give you all of meAnd you give me all, all of you
Cards on the table, we’re both showing heartsRisking it all, though it’s hard
[Chorus]‘Cause all of meLoves all of youLove your curves and all your edgesAll your perfect imperfectionsGive your all to meI’ll give my all to youYou’re my end and my beginningEven when I lose I’m winning‘Cause I give you all of meAnd you give me all of you
I give you all, all of meAnd you give me all, all of you

Let it go - Demi Lovato

00.21 0 Comments
Let it go, Let it goCan't hold it back anymoreLet it go, let it goTurn my back and slam the door
The snow glows white on the mountain tonight,Not a footprint to be seen.A kingdom of isolation and it looks like I'm the queen.The wind is howling like the swirling storm inside.Couldn't keep it in, heaven knows I tried.
Don't let them in, don't let them see,be the good girl you always had to be.Conceal, don't feel, don't let them know.Well now they know.
Let it go, let it goCan't hold it back anymoreLet it go, let it goTurn my back and slam the doorAnd here I stand and here I'll stayLet it go, let it goThe cold never bothered me anyway
It's funny how some distance makes everything seem smallAnd the fuse that once controlled me, can't get to me at all.Up in here in the cold wind air, I finally can breathe.I know I left a life behind, but I'm too relieved to grieve.
Let it go, let it goCan't hold it back anymoreLet it go, let it goTurn my back and slam the doorAnd here I stand, and here I'll stayLet it go, let it goThe cold never bothered me anyway
(Standing, frozen, in the life I've chosen you will find methe past is well behind me, buried in the snow)
Let it go, let it goCan't hold it back anymoreLet it go, let it goTurn my back and slam the doorAnd here I stand, and here I'll stayLet it go, let it goThe cold never bothered me anyway, woah(na na, na na, na na na na) [x4]Na, na, you said, let it go, let it go, ooooLet it go

Serigala dan Kambing Kecil

00.18 0 Comments


Serigala dan Kambing Kecil

Aesop



Suatu ketika, ada seekor kambing kecil yang tanduknya mulai tumbuh dan membuat dia berpikir bahwa saat itu dia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri. Suatu sore ketika gerombolan kambing mulai pulang ke peternakan kembali dan ibunya sudah memanggilnya, anak kambing tersebut tidak memperhatikan dan memperdulikan panggilan ibunya. Dia tetap tinggal di lapangan rumput tersebut dan mengunyah rumput-rumput yang halus disekelilingnya. Beberapa saat kemudian ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat gerombolan kambing termasuk ibunya sudah tidak ada lagi.
Sekarang dia tinggal sendirian. Matahari sudah terbenam. Bayangan panjang mulai menutupi tanah. Angin dingin mulai datang bertiup dan membuat suara yang menakutkan. Anak kambing tersebut mulai gemetar karena takut dia akan bertemu dengan serigala. Kemudian dia mulai lari sekencang-kencangnya melewati lapangan rumput untuk pulang ke peternakan, sambil mengembik-embik memanggil ibunya. Tetapi di tengah jalan, dekat pohon perdu, apa yang ditakutkan benar-benar terjadi, seekor serigala telah berdiri di sana memandangnya dengan wajah lapar.
Kambing kecil itu tahu bahwa kecil harapan untuk dia bisa lolos dari sergapan serigala tersebut.
"Tolonglah, tuan Serigala," katanya dengan gemetar, "Saya tahu kamu akan memakan saya. Tetapi pertama kali, nyanyikanlah saya sebuah lagu dengan suling mu, karena saya ingin menari dan bergembira selama saya bisa."
Serigala dan Kambing Kecil
Serigala tersebut menyukai gagasan dari kambing kecil tadi, bermain musik sebelum makan, jadi serigala itu mengeluarkan serulingnya dan mulai memainkan lagu gembira dan kambing kecil itu meloncat-loncat menari bergembira.
Sementara gerombolan kambing tadi bergerak pulang ke peternakan, di keheningan sore yang mulai beranjak gelap, suara seruling dari serigala sayup-sayup terdengar. Anjing-anjing gembala yang menjaga gerombolan kambing tersebut lansung menajamkan telinganya dan mengenali lagu yang dimainkan oleh serigala, dan dengan cepat anjing-anjing gembala tersebut lari ke arah serigala tersebut dan menyelamatkan kambing kecil yang sedang menari-nari.
Serigala yang hendak memakan kambing kecil tadi akhirnya lari dikejar-kejar oleh anjing gembala, dan berpikir betapa bodohnya dia, memainkan lagu dengan seruling untuk si kambing kecil pada saat dia seharusnya sudah menerkamnya langsung.
pesan moral: Jangan biarkan apapun membuat kamu berbalik melupakan tujuan utamamu

10 kartun populer di Indonesia

00.18 0 Comments


1. SPONGEBOB SQUAREPANTS
Inilah kartun paling favorit di Indonesia. Hampir semua responden menyatakan menyukai dan sangat menyukai animasi ini. Cerita seputar Spongebob, Patrick, Sandy, Squidward dan teman-temannya ini sangatlah populer diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Animasinya yang sangat rapi dan amanatnya yang bagus, dapat tersusun rapi dalam suatu kartun dengan durasi rata-rata 10 menit.
Humor yang disajikan kartun ini berbeda dengan kartun lain, dan juga kartun ini selalu memenangkan Favorite/Best Cartoon dalam ajang Kids Choice Award, walau pernah satu kali digulingkan oleh Avatar. Meskipun pada season 5 kartun ini mendapatkan rating yang buruk karena adanya unsur gay dan ceritanya yang tidak sebaik dulu, kartun ini mulai bangkit dan tetap menjadi kesukaan penduduk Indonesia.


  
2. DORAEMON
Kartun / Anime yang paling "berhasil" di Indonesia. Animo masyarakat sangat bagus walau dari dulu kartun ini selalu diputar berulang-ulang. Meski tak ada ending, namun kartun ini "sanggup" untuk "menahan kita" dari kegiatan lain saat melihatnya di Televisi. Doraemon adalah anime / kartun yang paling lama ditayangkan di TV Indonesia, sejak tahun 1980-an. Namun, pada akhirnya, Doraemon harus "pasrah" berada diurutan kedua.

3. TOM AND JERRY
Siapa yang tak kenal Tom and Jerry? Ceritanya seputar kedua teman tikus dan kucing, yang setiap hari kerjaannya hanya saling kejar dan saling serang. Setelah dipublikasikan tahun 1940, reaksi kartun ini luar biasa diseluruh dunia.



Meskipun jalan ceritanya kadang agak "mengerikan" karena berbagai macam kegiatan "membunuh" ada disini, namun terbukti bahwa kartun ini menjadi kesukaan semua umur. Dari anak-anak, remaja, orang tua, sampai manula, semuanya sangat menyukai Tom and Jerry.


4. UPIN DAN IPIN
Meski baru ditayangkan sejak tahun 2007, tapi Upin dan Ipin mendapatkan reaksi yang luar biasa di Indonesia. Meskipun kartun ini teknologinya tidak secanggih kartun lainnya, namun dialek Malaysia yang sangat kental dari duo kakak beradik ini sangat populer.
Semua merchandise-nya laku keras, mulai dari film, poster, mainan, sampai ringtone-nya! Meski kadang ceritanya agak mengada-ada, namun humor "berhasil" menghidupkan cerita kartun yang satu ini.

5. NARUTO 
Anime yang baru beberapa tahun ditayangkan di TV namun mendapatkan reaksi yang luar biasa. Walaupun sering diulang berkali-kali, namun Naruto masih menjadi anime favorit diseluruh Indonesia saat ini, dan kedua secara keseluruhan film kartun (setelah SpongeBob Squarepants). Kisah Naruto dan teman-temannya ini diceritakan sangat unik, itu sebabnya menjadi sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia.



  6. CRAYON SIN-CHAN









Anime super kocak ini sangat ditunggu oleh masyarakat Indonesia. Terbukti, kartun ini adalah kartun tertua kedua di Indonesia (setelah Doraemon) yang pernah ditayangkan di televisi Indonesia sampai saat ini. Kisah Sin-Chan dan teman-teman serta keluarganya ini terbukti sangat menghibur, dan dapat ditonton oleh siapa saja dan semua lapisan umur.

7.SHAUN THE SHEEP




Memang belum lama tayang di Indonesia. Tapi kini film dengan tokoh domba-domba ini sudah mampu menarik anak-anak. Selain domba, dalam film animasi ini juga terdapat tokoh babi, anjing dan seorang laki-laki pemilik domba ini.
  




8. SCOOBY DOO 







Kisah geng antara Shaggy, Scooby, Thelma, Freddy dan Daphne ini sangat melegenda. Telah mengudara di TV dunia sejak tahun 1960-an, dan di Indonesia sendiri kartun ini sangat digemari karena kisahnya yang misterius dan endingnya yang kadang tak terduga.
  
9. AVATAR, THE LEGEND OF A'ANG

Ini dia, satu-satunya kartun Nickelodeon yang mampu sekali menumbangkan SpongeBob sebagai Best Cartoon dalam ajang Kids Choice Award. Cerita tentang Aang dan teman-temannya ini sangat unik, tentang Aang yang berusaha menjadi Avatar dan menyeimbangkan dunia setelah terlambat 100 tahun. Meskipun ceritanya sangat pendek, namun kehadirannya yang kurang dari 4 tahun ini sangat populer. 

10. DORA THE EXPLORER





Si Dora, Boots, dan teman-temannya ini memang sangat populer saat Nickelodeon pindah ke Global TV beberapa tahun yang lalu. Kehadirannya selalu ditunggu, dan sempat menduduki peringkat teratas program animasi tv terfavorit, walaupun langsung digeser oleh Spongebo

Urashima Taro dan Penyu Laut

00.14 0 Comments

Urashima Taro dan Penyu Laut



Urashima Taro, yang dalam bahasa Jepang berarti "Anak laki-laki dari pulau," adalah anak satu-satunya dan merupakan kesayangan dari seorang nelayan tua dan istrinya.
Dia sangat baik, muda dan kuat, dia dapat berlayar dengan perahu jauh lebih pandai dari orang-orang yang tinggal di tepi pantai rumahnya. Dia sering berlayar jauh ke tengah laut, dimana para tetangganya sering memperingati orangtuanya bahwa mungkin suatu saat dia akan pergi terlalu jauh ke laut dan tidak pernah kembali lagi.
Orangtuanya tahu akan hal ini, bagaimanpun juga, mereka mengerti bahwa anaknya sangat pandai berlayar, dan mereka tidak pernah terlalu mengkuatirkannya. Bahkan bila Urashima pulang lebih lambat dari yang diharapkan, mereka selalu menunggu kedatangannya tanpa rasa cemas. Mereka mencintai Urashima lebih dari hidup mereka sendiri, dan bangga bahwa dia sangat berani dan lebih kuat dari anak laki-laki tetangganya.
Penyu yang terjaringSuatu pagi, Urashima Taro pergi untuk mengambil tangkapan di jaringnya, seperti yang ditebarkannya kemarin malam. Di salah satu jaringnya, diantara ikan yang tertangkap, dia menemukan seekor penyu kecil yang ikut terjerat. Penyu itu di ambilnya dan diletakkannya di dalam perahu sendiri, disimpannya di tempat yang aman, hingga dia dapat membawanya pulang ke rumah. Tetapi dengan kagum, Urashima mendengarkan penyu itu memohon dengan suara yang sangat lirih. "Apa gunanya saya bagi kamu?" tanya penyu itu. "Saya terlalu kecil untuk dimakan, dan terlalu muda hingga butuh waktu yang lama hingga saya menjadi besar. Kasihanilah saya dan kembalikan saya ke laut, karena saya tidak ingin mati." Urashima Taro yang baik hati menaruh belas kasihan paa penyu kecil yang memohon sehingga dia melepaskan kembali penyu kecil itu ke laut.
Beberapa tahun setelah kejadian ini, ketika Urashima Taro pergi berlayar terlalu jauh ke tengah laut, badai yang buruk datang menerpa perahunya dan memecahkan perahunya hingga berkeping-keping. Urashima adalah perenang yang sangat baik, dan dia terus berupaya agar dapat sampai ke tepi pantai dengan berenang, tetapi jarak antara dia dan pantai terlalu jauh dan saat itu laut sangat ganas, kekuatannya akhirnya melemah dan dia sudah mulai tenggelam perlahan-lahan. Saat dia menyerah dan berpikir bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan ayahnya lagi, dia mendengar namanya dipanggil dan melihat penyu yang besar berenang ke arahnya.
Naiklah kepunggungku," teriak penyu itu, "dan saya akan membawamu menuju daratan." Ketika Urashima Taro telah aman dan duduk di punggung penyu itu, penyu itu lalu melanjutkan kata-katanya: "Saya adalah penyu yang kamu lepas saat saya masih kecil dan tidak berdaya di jaring mu, dan saya sangat senang dapat membalas kebaikanmu."
Sebelum mereka tiba di pantai, penyu itu bertanya kepada Urashima Taro bahwa apakah dia ingin melihat kehidupan yang indah yang tersembunyi di bawah laut. Nelayan muda itu membalas bahwa hal itu adalah pengalaman yang akan sangat menyenangkan. Dalam sekejap, mereka berdua menukik ke dalam air yang berwarna hijau. Urashima memegang erat-erat punggung penyu yang membawanya ke kedalaman yang tak terkira. Setelah tiga malam, mereka mencapai dasar laut, dan tiba di tempat yang sangat indah, penuh dengan emas dan kristal. Koral dan mutiara dan berbagai macam batu-batuan berharga membuat matanya menjadi berbinar-binar dan terkagum-kagum,  dan apa yang ada di dalam istana tersebut lebih membuat dia terkagum lagi, diterangi dengan sisik-sisik ikan yang bersinar indah.
"Ini," kata penyu itu, "Ini adalah istana dewi laut. Saya adalah salah satu pelayan dari putri dewi laut."
Sang Putri dan UrashimaPenyu itu kemudian menyampaikan kedatangan Urashima Taro ke sang Putri, dan tidak lama kemudian dia kembali, membawa Urashima ke hadapan sang Putri. Putri dewi laut itu sangat cantik sehingga ketika sang Putri meminta agar Urashima mau tinggal di tempat itu, Urashima langsung menyetujuinya dengan gembira.
"Jangan tinggalkan saya, dan kamu akan selalu terlihat muda seperti sekarang, usia tua tidak akan pernah kamu alami," kata sang Putri.
Begitulah akhirnya Urashima Taro tinggal di istana bawah laut bersama putri dari Dewi laut. Dia begitu gembira hingga tidak merasa bahwa waktu terus berlalu tanpa terasa. Berapa lama dia disana tak pernah disadarinya. Tetapi suatu hari, dia teringat kepada kedua orangtuanya; dia ingat bahwa orangtuanya mungkin merasa kehilangan dengan ketidakhadirannya. Semakin hari, keinginan untuk pulang terus datang dan bertambah kuat. Pada akhirnya, Urashima mengutarakan maksudnya kepada sang Putri bahwa dia harus pergi menjenguk orangtuanya. Sang Putri menangis sedih dan memohon agar Urashima tidak pergi.
"Jika kamu pergi, saya mungkin tidak akan melihatmu lagi," tangis sang Putri.
Tetapi keinginan Urashima sangat kuat dan tidak dapat dibujuk lagi. Urashima sangat ingin melihat kedua orangtuanya sekali lagi dan berjanji akan pulang kembali ke istana itu dan tinggal bersama sang Putri selama-lamanya. Sang Putri akhirnya setuju dan memberikan sebuah kotak emas kepadanya dan berpesan agar kotak itu jangan pernah dibuka.
"Jika kamu mengindahkan kata-kataku," katanya kembali, "kamu mungkin masih dapat kembali kepadaku. Saat kamu siap, penyuku akan berada disana untuk membawamu, tetapi bila kamu lupa apa yang saya katakan kepadamu, Saya tidak akan pernah dapat menemui kamu lagi."
Urashima Taro dengan bersemangat meyakinkan dia bahwa tidak ada satupun di dunia yang dapat memisahkan mereka, dan mengucapkan selamat tinggal. Dengan menunggangi punggung penyu, dengan cepat dia meninggalkan istana jauh dibelakang. Selama tiga hari tiga malam mereka berenang, dan akhirnya penyu itu tiba di tepi pantai dekat rumahnya yang dulu.
Dengan bersemangat dia lari ke desa itu dan mencari semua teman-teman lamanya. Semua wajah terlihat asing baginya, bahkan rumahnya pun kelihatan berbeda. Anak-anak yang bermain di pinggir jalan dimana dia pernah tinggal, tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Dia berhenti di depan rumahnya, dengan hati berdebar-debar, dia mengetuk pintu rumah. Terdengar suara musik dari jendela atas dan seorang wanita yang asing baginya membukakan pintu. Wanita itu tidak bisa menjelaskan tentang orangtuanya dan bahkan tidak pernah mendengar nama kedua orangtuanya. Urashima lalu keluar dari rumah tersebut dan menanyai semua orang yang dijumpainya. Tetapi semua yang ditanyai hanya memandanginya dengan curiga. Akhirnya dia menuju ke tanah pekuburan di luar desa. Mencari-cari di antara kuburan yang ada, dan dengan cepat dia menemukan dirinya berdiri di dekat nama yang selama ini dicari-carinya. Tanggal pada batu nisan itu menunjukkan bahwa ayah dan ibunya meninggal tidak lama setelah dia berangkat; dan dia menemukan bahwa dia telah pergi dari rumah itu selama tiga ratus tahun. Dengan penuh kesedihan dia membungkuk untuk menghormati orangtuanya yang terakhir kali dan kembali menuju desanya. Di setiap langkah dia berharap bahwa dia akan terbangun dari mimpinya, tetapi orang-orang yang ditemui dan jalan yang dilalui adalah nyata.
Kemudian dia teringat akan sang Putri dan kotak emas yang diberikan kepadanya. Dia berpikir bahwa mungkin saja sang Putri telah menyihirnya, dan kotak ini mempunyai jimat-jimat untuk mematahkan sihir itu. Dengan tidak sabar dia membuka kotak tersebut, dan seberkas asap berwarna ungu keluar meninggalkan kotak yang kosong. Dengan terkejut, dia tersadar melihat tangannya yang langsung menjadi tua dan gemetaran. dia menjadi sadar bahwa kotak tersebut berisi jimat yang menahan dirinya dari proses penuaan selama tiga ratus tahun, dan kotak itu telah kehilangan sihirnya. Dengan ketakutan, dia berlari ke tepi aliran air yang mengalir dari atas gunung, dan melihat bayangan dirinya yang terpantul di air itu adalah bayangan seseorang yang sangat tua.
Urashima Taro meninggalDia kembali ke desa itu dengan ketakutan, dan tak ada satu orangpun yang mengenali dia sebagai anak muda yang kuat beberapa jam yang lalu. Dengan kelelahan, dia akhirnya mencapai tepi pantai, dimana dia duduk di atas sebuah batu dan memanggil penyu laut yang membawanya ke istana laut. Tetapi panggilannya sia-sia belaka, penyu itu tidak pernah muncul, dan akhirnya suaranya hilang di telan kematian.
Sebelum kematiannya, orang-orang se-desa berkumpul di dekatnya dan mendengarkan ceritanya yang sangat aneh. Lama setelah kejadian itu, orang-orang desa menceritakan kepada anak-anaknya tentang seseorang yang sangat mencintai orangtuanya, meninggalkan istana bawah laut dan seorang Putri yang sangat cantik, dan orang itu bernama Urashima Taro.

Ular yang memberikan emas

00.13 0 Comments

Ular yang memberikan emas

Joseph Jacobs


Dahulu kala di suatu tempat, hiduplah seorang petani miskin yang bernama Haridatta. Suatu hari, pada siang hari yang sangat panas, petani tersebut merasa sangat kepanasan dan berteduh di bawah bayang-bayang pepohonan untuk berbaring sejenak. Tiba-tiba dilihatnya ular berbisa yang keluar dari bukit kecil di dekatnya. Saat itu dia berpkir, "Pasti ular ini adalah penjaga ladang ini."
Petani itupun pulang untuk mengambil sedikit susu dari rumahnya, menuangkan ke dalam mangkuk, dan menaruhnya dekat sarang ular tersebut sebagai ucapan rasa terima kasih, lalu petani itu berkata, "Wahai penjaga ladang ini, saya memberikan semangkuk susu ini sebagai ucapan terima kasih saya kepada anda!" Sehabis itu, petani tersebut pulang ke rumahnya. Keesokan pagi saat dia datang kembali ke ladang untuk bekerja, dia melihat mata uang emas di dalam mangkuk, dan sejak saat itu, setiap hari kejadian yang sama berulang terus: dia memberikan semangkuk susu ke ular tersebut dan setiap pagi dia selalu mendapatkan sebuah mata uang emas.
Ular dan semangkuk susuSuatu hari petani tersebut akan pergi ke desa sebelah selama beberapa hari dan untuk itu dia memerintahkan anaknya untuk menaruh semangkuk susu di depan sarang ular di ladang. Sang anak melakukan perintah ayahnya, membawa semangkuk susu, menaruhnya di depan sarang ular, lalu pulang ke rumah. Keesokan paginya saat dia membawa semangkuk susu lagi, dia menemukan mata uang emas di mangkuk yang lama, dan sang Anak berpikir: "Sarang ular ini mungkin penuh dengan mata uang emas; Jika saya membunuh ularnya, saya dapat mengambil semuanya sekaligus untuk saya." Keesokan hari, saat dia menaruh semangkuk susu di depan sarang ular, dia menunggu ular tersebut keluar, dan saat sang Ular keluar dari sarang, sang Anak memukul kepala ular tersebut dengan pentungan. Tetapi ular itu masih beruntung bisa lolos dari kematian dan dalam keadaan marah, mematuk sang Anak dengan giginya yang tajam dan berbisa sehingga sang Anak langsung meninggal. Orang-orang sekampung yang menemukan sang Anak yang telah meninggal mengubur anak tersebut dan memanggil sang Petani pulang.
Dua hari kemudian setelah sang Petani tiba di rumah dan mendapatkan penjelasan tentang kematian anaknya, sang Petani merasa sangat bersedih. Tetapi setelah beberapa hari, dia kembali mengambil semangkuk susu, menuju ke ladang, menaruh susu tersebut di depan sarang ular lalu memanggil sang Ular keluar dari sarang. Setelah lama menanti, sang Ular akhirnya muncul dan berkata kepada sang Petani: "Keserakahan yang membawamu sekarang ke sini, keserakahan membuat kamu lupa akan kematian anakmu. Mulai saat sekarang, persahabatan antara kita takkan bisa terjalin lagi. Anakmu yang bodoh itu memukul saya dengan pentungan, dan Saya menggigitnya hingga meninggal. Bagaimana saya bisa melupakan pukulan dengan pentungannya? dan bagaimana kamu bisa melupakan rasa duka akan kehilangan anakmu?" Setelah itu, sang Ular memberikan sebuah mutiara yang mahal kepada sang Petani dan menghilang masuk ke dalam sarang. Tetapi sebelum menghilang, sang Ular berkata: "Jangan engkau datang lagi ke sarang ku." Sang Petani mengambil mutiara tersebut, pulang ke rumahnya sambil menyesali kebodohan anaknya.

Ular Putih

00.13 0 Comments

Ular Putih

Brothers Grimm


Dahulu kala, hiduplah seorang raja yang terkenal dengan kebijaksanaannya. Hampir tidak ada yang berita yang tidak diketahui olehnya, seolah-olah berita dan rahasia mengalir melalui udara hingga sampai ke telinganya.
Raja itu memiliki satu kebiasaan aneh. Setiap makan malam, saat pelayan yang melayaninya pergi meninggalkan dia sendirian, seorang pelayan yang sangat dipercayainya akan datang membawakan satu makanan yang diletakkan di atas sebuah piring. Makanan tersebut selalu tertutup, bahkan sang pelayan yang membawanya, tidak pernah tahu apa isinya, dan sang Raja tidak pernah membukanya kecuali dia benar-benar berada dalam ruangan itu sendirian.
Hal ini berlangsung cukup lama, hingga suatu hari seorang pelayan yang masih muda, yang ditugaskan untuk membawa piring makanan itu, menjadi penasaran dan membawa makanan tersebut ke kamarnya.
Pemuda tersebut mengunci pintu kamarnya, lalu membuka penutup piring untuk melihat isinya, dan di piring tersebut dilihatnya seekor ular yang berwarna putih. Dia tidak dapat menahan diri untuk tidak mencobanya. Dia memotong sedikit bagian dari ular putih itu dan memasukkannya ke mulutnya.
Pemuda menyelematkan ikan yang terjerat pada akar tanaman airRasanya terasa tidak enak, tetapi saat itu juga dia bisa mendengarkan bisikan-bisikan merdu dari jauh. Dia lalu menuju ke jendela dan mendengarkannya, dan menyadari bahwa bisikan tersebut datang dari  burung kakatua di luar. Burung kakatua tersebut saling bercakap-cakap tentang hal-hal yang terjadi dan yang mereka lihat atau dengarkan di hutan. Ternyata dengan memakan daging ular putih, memberikan mujizat kepada sang Pemuda untuk mengerti bahasa binatang.
Pada hari yang sama, sang Ratu kehilangan cincinnya yang sangat berharga. Semua kecurigaan ditimpakan kepada pemuda ini, karena dia adalah pelayan kepercayaan yang bebas keluar-masuk ke manapun di dalam istana. Sang Raja pun mengancam akan menghukum pemuda ini apabila cincin yang hilang tidak ditemukan pada keesokan harinya.
Dengan sia-sia pemuda ini membela diri, tetapi tak ada satu pun orang yang percaya kepadanya. Dalam kesedihannya, dia lalu berjalan ke taman istana dan berpikir bagaimana caranya agar bisa lepas dari kesulitan ini. Saat itu, sejumlah bebek yang sedang berenang di sungai kecil, bercakap-cakap riuh dengan sesamanya.
Sang Pemuda mendengarkannya percakapan mereka tentang pengalaman mereka di pagi hari, dan salah satu dari bebek itu berkata: “Saya tanpa sengaja menelan cincin Ratu tadi pagi.”
Pelayan yang masih muda ini langsung mengambil bebek tersebut dan membawanya ke dapur, lalu berkata kepada tukang masak di sana: “Ini adalah bebek yang gemuk, sebaiknya kamu memotongnya untuk dijadikan santapan.”
“Tentu saja,” kata si tukang masak. “Seharusnya bebek ini di panggang semenjak dulu."
Si Tukang masak tersebut lalu memotongnya, dan di dalam perutnya ditemukanlah cincin Ratu. Dengan begitu, sang Pemuda bebas dari segala tuduhan, dan raja yang merasa bersalah karena telah berlaku tidak adil tadinya, berjanji akan memberikan jabatan di istana apabila sang Pemuda menginginkannya.
Tetapi sang Pemuda menolaknya dengan halus, dan hanya meminta sebuah kuda, dan sedikit uang untuk mengembara, karena dia hanya ingin berkelana melihat dunia luar.
Permintaannya dikabulkan, dan dia pun mulai mengembara.
Suatu hari, dia tiba di pinggir laut dan di sana dilihatnya tiga ekor ikan yang terjebak pada akar-akar tanaman yang tumbuh di pinggir laut. Karena pemuda tersebut memiliki hati yang baik, dia lalu turun dari kudanya, membebaskan ketiga ikan tersebut. Ikan-ikan tersebut berenang dengan gembira, menyembulkan kepalanya dari air dan berkata, “Kami akan ingat selalu perbuatan baikmu, dan akan membalasnya dengan kebaikan.”
Sang Pemuda kembali melanjutkan perjalanannya dan tidak berapa lama, dia mendengarkan satu suara dari tanah di bawah kakinya. Dia mendengar raja semut mengeluh: “Saya berharap manusia dan binatang peliharaannya tidak melalui jalanan kami. Kuda itu baru saja menginjak banyak semut.”
Sang Pemuda pun langsung memutarkan kudanya agar tidak menginjak barisan semut yang lewat, dan raja semut pun berkata: “Kami akan mengingat kebaikanmu dan memberikan kamu balasan yang setimpal.”
Di perjalanan selanjutnya, dia melewati suatu hutan, dan dilihatnya sepasang burung gagak berdiri di sarangnya dan mendorong keluar anak-anak gagak yang masih sangat muda.
“Pergilah sekarang,” kata sepasang gagak, "Kami tidak akan memberikan kalian makanan lagi, sebab kalian sudah cukup besar untuk menjaga diri sendiri.”
Anak-anak burung gagak yang masih sangat muda itu akhirnya jatuh dan terbaring di tanah karena belum mampu untuk terbang. Mereka mencoba untuk mengepak-ngepakkan sayapnya kembali dengan sia-sia dan berkata: “Kami, anak gagak yang malang dan tidak berdaya, belum mampu untuk mencari makan sendiri, bahkan kami pun belum mampu untuk terbang! Tidak lama lagi kami akan mati kelaparan.”
Sang Pemuda lalu turun dari kudanya, mencari-cari ulat di tanah untuk disuapkan kepada anak-anak gagak terebut. Anak-anak gagak itu semuanya melompat-lompat gembira dan berkata: “Kami akan mengingat kebaikanmu, dan akan memberikan balasan yang setimpal.”
Sang Pemuda kemudian melanjutkan perjalanannya dan tiba di suatu kota besar. Di satu tempat dilihatnya kerumunan orang yang ramai mengelilingi seseorang yang duduk di atas kudanya dan membacakan sayembara. “Putri raja akan mencari suami, semua pemuda boleh mengikuti sayembara, tetapi apabila pemuda itu gagal dalam sayembara, maka dia akan menerima hukuman dari raja.”
Banyak pemuda yang ikut dalam sayembara itu, tetapi selalu gagal dan menerima hukuman. Saat sang Pemuda melihat kecantikan putri raja, dia menjadi terkagum-kagum dan melupakan semua bahaya dengan mendaftarkan dirinya sebagai peserta sayembara.
Dia langsung di bawa ke tepi laut untuk diuji, dan sebuah cincin emas di lemparkan ke dalam laut. Kemudian raja menyuruhnya untuk mengambilnya dari dalam laut yang cukup dalam sambil berkata: “Jika kamu kembali ke daratan tanpa membawa cincin itu, kamu akan dihukum dan dilemparkan kembali ke laut.”
Semua orang yang hadir untuk menonton sayembara, menjadi iba dan menaruh belas kasihan terhadap pemuda itu. Sang Pemuda lalu berjalan menuju ke laut sembari berpikir apa yang akan dilakukannya. Pada saat itu dilihatnya tiga ekor ikan berenang ke arahnya. Mereka tidak lain merupakan ikan yang pernah diselamatkannya.
Ikan yang di tengah, menggigit sebuah kulit tiram dan meletakkannya di pasir pada pinggiran laut dekat kaki sang Pemuda, yang langsung sigap mengambilnya dan membuka isinya. Sang Pemuda itu menemukan cincin yang tadinya dilemparkan oleh sang Raja di dalam kulit tiram tersebut.
Enggan gembira, dia membawanya ke hadapan sang Raja dan berharap bahwa raja akan memenuhi janjinya. Saat sang Putri mendengar bahwa pemuda yang memenangkan sayembara berasal dari kalangan biasa, maka dia meminta sang Raja untuk menambah sayembara itu dengan ujian yang lain.
Oleh karena itu, sang Pemuda dibawa ke suatu taman untuk diuji lagi. Di taman tersebut telah ditaburkan sepuluh kantung biji gandum di antara rumput-rumputan.
“Dia harus memungut semuanya sebelum matahari terbit besok pagi,” kata sang Putri, “dan jangan sampai ada sebutir pun yang tertinggal.”
Sang Pemuda duduk merenung sedih di taman itu sambil berpikir bagaimana melakukan tugas yang tidak mungkin tersebut. Dia hanya duduk termenung sedih hingga pagi hari. Saat sinar matahri pertama menyinari taman, dilihatnya di taman itu sudah tersusun sepuluh kantung biji gandum tanpa ada sebutir gandum pun yang hilang. Ternyata pada malam hari, raja semut datang dengan ratusan ribu semut lain dan membantunya mengumpulkan biji gandum.
Sang Putri yang datang untuk melihat sendiri hasil sayembaranya, terkejut dan kagum saat mengetahui keberhasilan sang Pemuda menyelesaikan tugasnya. Akan tetapi dia masih keras kepala dan dengan angkuh berkata: “Walaupun dia telah menyelesaikan dua ujian, dia tidak akan bisa menjadi suami saya kecuali dia bisa membawakan saya buah apel dari pohon kehidupan.”
Sang Pemuda tidak mempunyai gagasan di mana dia bisa mendapatkan pohon kehidupan. Tetapi bagaimanapun juga, dia tetap berangkat dan berjalan tanpa tujuan, dengan harapan yang sangat tipis untuk bisa menemukan pohon tersebut.
Saat dia telah melintasi tiga kerajaan, dia tiba di suatu hutan dan berbaring di bawah satu pohon rindang untuk beristirahat. Tiba-tiba didengarnya bunyi gemerisik di atas pohon dan sebuah apel emas jatuh ke tangannya. Pada saat bersamaan, tiga ekor burung gagak terbang dan hinggap dekat kakinya sambil berkata: “Kami adalah burung gagak muda yang pernah engkau selamatkan. Saat kami tumbuh dewasa, kami mendengar bahwa kamu mencari apel emas, kami menyeberangi lautan hingga ke ujung dunia di mana pohon tersebut berada, dan membawa buah apel yang tumbuh di pohon tersebut untukmu.”
Sang Pemuda menjadi sangat gembira, dan melanjutkan pejalanan pulang untuk memberikan apel tersebut kepada sang Putri. Saat dia tiba di tempat tujuan dan menepati janjinya untuk memberikan apel tersebut sebagai syarat sayembara, sang Putri menjadi terharu dan tidak memiliki alasan lain lagi untuk menolak sang Pemuda.
Sang Putri pun membagi apel kehidupan itu untuk dimakan bersama sang Pemuda. Saat itu hati mereka berdua diliputi kegembiraan, dan akhirnya hidup berbahagia selama-lamanya.

Ular Berbisa dan Burung Elang

00.12 0 Comments

Ular Berbisa dan Burung Elang

Aesop


Seekor ular berbisa, berhasil mengejutkan dan melilitkan dirinya pada seekor burung elang yang hinggap di pohon. Sang Elang yang tidak bisa mematuk dengan paruhnya ataupun mencakar sang Ular dengan cakarnya, naik terbang tinggi ke angkasa dan berusaha melepaskan lilitan ular tersebut. Tetapi sang Ular melilitnya makin kencang dan perlahan-lahan, sang Elang yang tercekik, kembali terbang turun ke permukaan tanah.
Satu orang desa yang melihat pertarungan ini, menaruh belas kasihan kepada sang Elang, dan dengan cepat ia menolong sang Elang, melepaskan lilitan ular hingga sang Elang dapat terbebas.
Ular berbisa yang tadinya melilit sang Elang menjadi sangat marah, dan karena sang Ular tidak memiliki kesempatan mematuk orang itu, sang Ular mematuk tempat air minum yang berada di pinggang warga desa tersebut, sambil mengeluarkan bisa dari taringnya yang tajam kedalam tempat air minum.
Orang desa yang tidak menyadari perbuatan sang Ular, melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah. Saat dia merasa kehausan di perjalanan, orang desa tersebut singgah pada sebuah sumber mata air yang ditemuinya dan mengisi tempat air minumnya dengan air. Saat itulah kepakan sayap yang besar terdengar turun menyambar, dan sang Elang yang tadi diselamatkan oleh orang desa ini, mengambil tempat air minum penyelamatnya, lalu membawa tempat air itu terbang jauh untuk disembunyikan di tempat yang tidak akan pernah ditemukan orang.
Perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik.

Tuk Kecil yang Baik Hati

00.10 0 Comments

Tuk Kecil yang Baik Hati

Hans Christian Andersen


Tuk Kecil! Sebuah nama yang sangat aneh! Namun, nama itu bukan nama sebenarnya anak kecil itu. Nama aslinya adalah Carl, tetapi ketika dia masih sangat kecil dan belum bisa berbicara dengan jelas, dia sering menyebut dirinya Tuk. Sulit untuk mengatakan mengapa dia menyebut dirinya Tuk, karena sebutan itu sama sekali tidak mirip dengan "Carl", tetapi lama kelamaan, orang tuanya pun memanggil dirinya dengan nama Tuk.
Suatu hari, Tuk Kecil ditinggalkan sendiri di rumah untuk menjaga adik perempuannya, Gustava, yang jauh lebih muda darinya dan masih bayi. Namun pada saat bersamaan, Tuk Kecil juga perlu mempelajari tugas yang diberikan oleh sekolahnya. Tuk Kecil harus melakukan kedua hal tersebut secara bersamaan.
Tuk Kecil menggendong adiknya sambil belajarTuk Kecil yang sangat sayang terhadap adiknya, mendudukkan saudara perempuannya di pangkuannya, menyanyikan semua lagu yang dia tahu untuk menghibur adiknya, sambil sekali-kali melirik ke buku pelajaran geografi yang diletakkan di sampingnya, karena besok pagi dia diharuskan menghapal nama semua kota di Seeland dan bisa menceritakan kisah tentang kota-kota tersebut di depan kelas.
Ibunya pulang ke rumah pada akhirnya, dan mengambil Gustava ke dalam pelukannya. Tuk Kecil dengan cepat berlari ke dekat jendela, lalu membuka buku pelajarannya, dia pun membaca dan membaca lagi sampai akhirnya matanya sedikit perih karena saat itu hari sudah mulai gelap. Memang, suasana di dalam rumahnya selama ini gelap gulita jika malam menjelang karena ibunya tidak mampu membeli lilin.
"Ada wanita tukang cuci yang berjalan menyusuri jalan," ujar sang Ibu saat dia menatap ke luar jendela. "Sepertinya dia kesulitan untuk bisa berjalan, kasihan, dan sekarang dia harus membawa ember yang berat dari tempat pompa air. Jadilah anak yang baik, Tuk Kecil, dan larilah melintas jalan untuk membantu wanita malang itu, maukah kamu?"
Tuk Kecil pun berlari cepat untuk membantu wanita itu mengangkat ember yang cukup berat. Ketika dia kembali ke dalam ruangan, hari telah menjadi gelap. Tidak ada lilin yang bisa dinyalakan, sehingga dia tidak bisa belajar lagi. Akhirnya Tuk Kecil pergi ke tempat tidurnya. Di sana dia berbaring memikirkan pelajaran geografi yang sempat dipelajarinya tadi siang sampai sore, tentang kota-kota di Seeland, dan semua yang gurunya pernah jelaskan.
Dia tidak bisa membaca buku lagi, karena hari telah gelap. Jadi, dia meletakkan buku geografinya di bawah bantalnya, karena ia pernah mendengar seseorang yang mengatakan kepadanya bahwa hal tersebut akan membantunya untuk mengingat pelajarannya, walaupun Tuk Kecil tidak yakin akan kebenaran hal itu.
Di sana dia berbaring dan berpikir keras, sampai tiba-tiba dia merasakan seseorang yang dengan lembut memberinya ciuman selamat tidur kepadanya. Dia pun merasa antara tertidur dan tidak, karena dia seolah-olah melihat wanita tua pencuci baju secara samar-samar, di mana mata wanita tua menatapnya, dan dia pun mendengar wanita itu berkata: "Sangat disayangkan apabila kamu belum berhasil menghapal pelajaranmu besok, Tuk Kecil. Kamu telah membantu saya, sekarang saya akan membantu kamu, dan semoga Tuhan akan menolong kita berdua".
Seketika itu juga halaman-halaman buku mulai bergemerisik di bawah kepala Tuk Kecil, dan dia pun mendengar sesuatu yang merangkak di bawah bantalnya.
"Keok, keok, keok!" teriak seekor ayam, saat ayam tersebut merayap ke arahnya. "Aku ayam dari kota Kjoge," katanya.
Ayam itu pun kemudian menceritakan berapa banyak penduduk di kota kecil itu, tentang pertempuran yang dulu terjadi di sana, dan hal-hal besar yang pernah terjadi dan layak disebutkan dalam sejarah. Tidak begitu lama, seekor burung kayu yang besar melompat naik ke atas tempat tidurnya. Dia adalah burung kakatua dari Kota Praesto. Dia pun menyebutkan jumlah penduduk di Praesto dan menceritakan sejarah kota tersebut kepada Tuk Kecil.
Tuk Kecil mengendarai kuda bersama seorang kesatriaSekarang, Tuk Kecil tidak lagi berbaring di tempat tidur. Dalam sekejap dia telah berada di atas punggung seekor kuda, dan dia menunggangi kuda tersebut, berpacu dan berpacu kencang! Seorang kesatria yang memakai helm besi yang gagah, seorang kesatria yang sepertinya berasal dari zaman dulu, memeluk Tuk Kecil dengan erat di atas kuda itu, dan mereka berkuda bersama-sama melalui hutan di kota kuno Vordingborg, yang pada zaman dahulu kala, pernah menjadi kota yang sangat besar dan ramai, di mana di kota tersebut, menara-menara tinggi istana raja menjulang tinggi naik menghadap langit, dan lampu yang terang terlihat berkilauan melalui jendela.
Di dalam istana terdengar musik dan pesta yang riuh. Raja Waldemar terlihat menari bersama seorang wanita bangsawan di lantai dansa. Dalam sekejap, pagi telah tiba, lampu dimatikan, matahari mulai terbit, dan garis-garis besar bangunan terlihat memudar, dan akhirnya tinggal satu menara tinggi saja tetap yang menjadi tanda di mana istana kerajaan itu pernah berdiri. Kota besar telah menyusut menjadi kota kecil dan miskin. Anak-anak sekolah yang mempelajari sejarahnya, hanya tahu bahwa jumlah penduduk di kota itu sekarang hanya berkisar dua ribu jiwa.
Tuk Kecil masih berbaring di tempat tidurnya. Dia tidak tahu apakah sedang bermimpi atau tidak, tetapi sekali lagi terasa ada seseorang yang berada di sampingnya.
"Tuk Kecil! Tuk Kecil!" teriak sebuah suara yang tidak lain berasal dari seorang pelaut muda. "Aku datang untuk menyampaikan kepada kamu, salam hormat dari Korsor. Korsor adalah sebuah kota yang baru, sebuah kota yang ramai, dengan kapal uap yang berlalu-lalang. Pada dahulu kala, orang menyebut kota itu adalah kota yang buruk, tetapi sekarang tidak lagi."
Tuk Kecil hanya diam menyimak sementara si Pelaut Muda itu masih bercerita. "Kota Korsor terletak di tepi laut. Di sana masih ada jalan besar yang luas, dan juga taman yang menyenangkan. Di kota ini lahirlah seorang penyair cerdas, dan dari kota ini kapal-kapal bisa melakukan perjalanan ke seluruh dunia. Kota ini penuh dengan aroma parfum dan mawar terindah yang mekar di sekeliling Kota Korsor."
Tuk Kecil pun bisa mencium harum mawar dan melihat hijau daunnya yang segar. Tetapi tidak berapa lama, daun yang hijau menjadi terlihat menebal dan terlihat tumbuh menjadi dua menara tempat ibadah yang tinggi. Dari sisi bukit yang ditumbuhi rumput, menyemburlah air mancur disertai pelangi, dan didengarnya suara musik mengalun. Tidak lama kemudian, terlihat seorang raja yang duduk di sampingnya, mengenakan mahkota emas kepalanya yang ditumbuhi rambut yang hitam legam dan panjang. Itu adalah Raja Hroar dari Kota Roskilde.
"Jangan lupakan kota kami," pesan Raja Hroar.
Kemudian semua lenyap, meskipun ke mana dia pergi, dia tidak tahu. Rasanya serasa membalikkan halaman sebuah buku. Sekarang, di hadapannya berdirilah seorang wanita petani tua dari Kota Soro, kota kecil yang tenang di mana rumput hijau tumbuh subur di mana-mana. Celemek berwarna hijau diletakkan di atas kepala dan punggungnya, dan celemek tersebut terlihat sangat basah, seolah-olah itu telah turun hujan keras.
Dia pun menceritakan banyak hal menarik tentang Kota Soro. Tiba-tiba dia  membungkukkan tubuh dan mengguncang kepalanya seolah-olah dia adalah seekor katak yang akan melompat. "Semuanya basah, selalu basah," seru si Wanita itu sebelum dia berubah menjadi seekor katak. "Kita harus berpakaian sesuai dengan kondisi cuaca," katanya.
Tuk Kecil masih diam dan menyimak sambil mendengar penjelasan si Wanita itu. "Dahulu kala, kota kami memiliki ikan yang terbaik, sekarang kota kami penuh dengan anak-anak yang pipinya merah, dan anak-anak tersebut bisa mempelajari kebijaksanaan di kota ini."
Tak lama kemudian, suara katak terdengar bersahut-sahutan dan seolah-olah ada sesuatu yang berjalan di rawa-rawa dengan sepatu bot yang berat. Suaranya membuat Tuk Kecil pun makin lama makin mengantuk sehingga akhirnya tertidur. Tetapi dalam tidurnya pun, Tuk Kecil bermimpi. Adik perempuannya, Gustava, dengan matanya yang berwarna biru dan rambutnya yang berwarna kuning keemasan, telah tumbuh menjadi gadis yang tinggi dan sangat cantik. Walaupun adiknya tidak memiliki sayap, namun dia dapat terbang dan membawanya mengangkasa di atas Kota Seeland.
"Apakah kamu mendengar ayam jantan berkokok, Tuk Kecil? Kukkuruyuk! Ayam-ayam beterbangan ke sana kemari di Kota Kjoge, dan di sana kamu akan memiliki peternakan besar, dan kamu sendiri tidak akan menderita kelaparan. Semua ternak itu akan menjadi milikmu! Kamu akan menjadi orang kaya dan bahagia. Rumahmu akan berdiri seperti menara di istana Raja Waldemar," kata Gustava.
Gustava yang tengah terbang bersamanya kembali bercerita. "Ketahuilah, bahwa nama baikmu akan menyebar ke seluruh dunia, seperti kapal yang berlayar dari Korsor dan Roskilde. Kamu juga akan berbicara dan menjadi bijaksana seperti Raja Hroar."
Pada pagi hari yang cerah, Tuk Kecil terbangun dan dia tidak bisa mengingat mimpinya yang terakhir, tetapi itu tidaklah penting, karena dia tidak melupakan apa yang dirasakannya di semua perjalanan yang di alaminya kemarin malam.
Dengan cepat dia melompat turun dari tempat tidur dan mengambil buku pelajarannya dari bawah bantalnya. Dia pun melanjutkan kembali pelajarannya, dan mengangguk mengerti karena dia telah mengenal kota-kota tersebut dengan baik.
Tidak beberapa lama kemudian, Wanita tua pencuci baju yang kemarin ditolong olehnya, lewat di depan rumahnya, melongokkan kepalanya di pintu sambil mengangguk ramah dan berkata, "Terima kasih anak yang baik, atas bantuanmu kemarin. Semoga Tuhan mengabulkan semua mimpimu yang terindah!"
Tuk Kecil tidak mengingat mimpi indah bersama adiknya kemarin malam, tetapi itu tidak menjadi masalah karena Tuhan mengetahui segalanya.

Tujuh Burung Gagak

00.09 0 Comments

Tujuh Burung Gagak

Brothers Grimm


Dahulu, ada seorang laki-laki yang memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki tersebut belum memiliki anak perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring dengan berjalannya waktu, istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan. Laki-laki tersebut sangat gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat kecil dan sering sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki tersebut agar mengambil air yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak perempuannya yang sakit-sakitan dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh berkah dan kesehatan yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba di sumur dan semua berusaha untuk mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka berani untuk pulang kerumahnya.
Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik, tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya. Akhirnya orangtuanya menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya, sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.
Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.
Gadis tersebut kemudian mengambil tulang tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika dia telah tiba di gunung tersebut, dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci gerbang gunung telah hilang. Karena dia berharap untuk menolong ketujuh saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya mencari tujuh saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu boleh menunggunya di sini." Lalu orang kerdil tersebut menyiapkan makan siang pada tujuh piring kecil untuk ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah menjadi burung gagak. Karena lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.
Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata, "Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka. "Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.