Kamis, 20 November 2014

Penjahit yang Cerdik

Penjahit yang Cerdik

Brothers Grimm


Di suatu masa, hiduplah seorang putri sangat angkuh. Jika ada pria yang datang untuk melamarnya, dia akan memberinya beberapa teka-teki untuk ditebak. Jika mereka gagal menebaknya, mereka akan dicemoohkan dan menerima ejekan dari sang Putri. Sang Putri bahkan mengumumkan ke hadapan publik bahwa semua pria yang belum menikah, dipersilakan untuk menguji keahlian mereka dalam menebak teka-tekinya, dan siapa pun yang bisa memecahkan teka-tekinya akan menjadi suaminya.
Di kerajaan itu juga, ada tiga penjahit yang bertemu, dua orang yang lebih tua berpikir bahwa setelah berhasil membuat begitu banyak jahitan halus dan kuat, dan tidak pernah ada yang salah pada jahitannya, mereka yakin akan dapat melakukan hal lain secara benar juga. Penjahit yang ketiga adalah pemuda malas yang bahkan tidak tahu bagaimana menjahit dengan benar, tetapi berpikir bahwa keberuntungan akan selalu berada di pihaknya.
Kedua penjahit yang lebih tua berkata kepadanya, "Tinggallah saja di rumah, karena kamu tidak akan mendapat banyak dari otakmu."
Akan tetapi, penjahit kecil itu tidak menjadi gentar, dan mengatakan dia telah mantap dengan pendiriannya, dan bermaksud untuk memperbaiki nasibnya sendiri dengan cara menikahi sang Putri tersebut.
Sang Beruang menari saat si Penjahit Muda memainkan biolanyaKetiga penjahit ini kemudian berangkat menuju ke istana, di mana mereka memperkenalkan diri mereka di hadapan sang Putri, dan memohon untuk diperkenankan menebak teka-teki, karena mereka adalah orang-orang yang pandai dan berotak encer.
Maka berkatalah sang Putri, "Saya memiliki dua macam rambut di kepala. Warna apa-apa sajakah rambut saya itu?"
"Jika hanya itu teka-tekinya," kata penjahit pertama, "jawabannya pastilah berwarna hitam dan putih, seperti warna lada dan garam."
"Salah," seru sang Putri.
"Kalau begitu," kata penjahit kedua, "jika bukan berwarna hitam dan putih, tidak diragukan lagi rambut Anda berwarna merah dan coklat, seperti warna mantel ayah saya."
"Salah lagi," kata Putri, "sekarang mari kita dengarkan apa jawaban penjahit yang ketiga. Saya pikir, dia mengetahui jawabannya."
Kemudian penjahit muda itu melangkah ke depan dengan berani dan berkata, "Tuan Putri memiliki rambut berwarna perak dan rambut emas di kepala, dan rambut tersebut merupakan dua warna yang berbeda."
Ketika sang Putri mendengar jawaban tersebut, dia menjadi pucat dan hampir pingsan karena merasa kaget. Penjahit kecil itu berhasil menebak dengan benar sedangkan sang Putri sangat yakin bahwa tidak seorang pun akan bisa menebaknya.
Ketika dia telah pulih dari rasa terkejutnya, dia berkata, "Jangan kira kamu telah memenangkan sayembara ini, masih ada hal yang lain yang harus kamu lakukan terlebih dulu. Di kandang kuda istana, ada seekor beruang dan kamu harus bermalam di kandang itu bersama beruang. Jika ketika saya bangun di pagi hari dan menemukan bahwa kamu masih hidup, kamu boleh menikah dengan saya."
Dia sangat berharap untuk dapat melepaskan diri dari tanggung-jawabnya untuk menikahi penjahit muda dengan cara ini, karena sang Beruang tidak pernah membiarkan orang keluar dari kandang kuda itu dalam keadaan hidup.
Penjahit muda ini, bagaimanapun juga tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut, dan dia berkata dengan riang di dalam hati, "Hm, saya telah memenangkan setengah dari sayamebara dengan ketenangan saya."
Ketika malam tiba, dia dibawa ke kandang kuda. Sang Beruang berusaha mencoba untuk meraihnya sekaligus  memberinya sambutan hangat dengan cakarnya yang besar.
"Tenang, tenang," kata penjahit muda. "Saya akan mengajarkan kamu untuk bisa menjadi tenang," seru si Penjahit Muda itu dengan tenang, menarik segenggam kenari dari sakunya dan mulai memecahkan kulitnya serta memakan isinya seolah-olah dia tidak peduli dengan keadaan sekitar.
Ketika sang Beruang melihat hal ini, dia juga ingin memakan kacang kenari. Si Penjahit Muda lalu memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan memberikannya segenggam, tetapi yang diberikan adalah kerikil, bukan kacang. Beruang itu memasukkan kerikil tersebut ke dalam mulutnya, dan setelah berusaha keras dia tidak dapat memecahkannya.
"Astaga," pikir sang Beruang, "saya pasti bodoh sekali, bahkan kacang tidak bisa saya pecahkan kulitnya."
Lalu dia berkata kepada sang Penjahit Muda, "Bisakah kamu memecahkan kacang ini untuk saya?"
"Kamu sebenarnya baik," kata si Penjahit muda, "tetapi sayang, kamu memiliki rahang yang kuat tetapi tidak bisa memecahkan kenari!"
Lalu dia mengambil kerikil dari beruang, menukarnya dengan kacang, dan memecahkan serta membuka kulitnya dalam sekejap.
"Biar saya mencobanya lagi," kata sang Beruang itu. "Ketika saya melihat kamu dengan mudah memecahkannya, saya yakin saya dapat melakukannya sendiri."
Si Penjahit Muda memberikan beberapa kerikil kembali, dan si Beruang berusaha untuk menggigitnya dengan keras, tetapi sudah pasti beruang itu tidak mampu untuk memecahkannya.
Kemudian si Penjahit Muda mengambil biola kecilnya dan mulai bermain. Ketika sang Beruang mendengar suara musik, dia langsung menari dan berkata, "Apakah bermain musik itu sulit?"
"Gampang sekali," jawab si Penjahit Muda, "lihat di sini! Tekan senar dengan jari-jari tangan kiri, dan dengan tangan kanan, kamu menarik busur biola di antara senar-senarnya, atas dan ke bawah, tra la la la la."
"Oh," teriak sang beruang, "Saya berharap bisa bermain musik seperti itu, sehingga saya bisa menari setiap kali saya inginkan. Bagaimana menurut kamu? Apakah kamu bisa memberi saya beberapa pelajaran musik?"
"Dengan senang hati saya akan mengajarkan kamu," kata si Penjahit Muda. "Nah, coba saya lihat telapakmu. Astaga, kukumu terlalu panjang, pertama kali, saya harus memotongnya."
Lalu dia mengambil sepasang pasungan kayu, dan sang Beruang meletakkan cakarnya pada pasungan itu. Penjahit Muda lalu menguncinya dengan kuat. "Sekarang tunggu, saya akan mengambil gunting saya," katanya sambil meninggalkan sang Beruang yang meraung-raung, sementara si Penjahit Muda berbaring di sudut dan tertidur lelap.
Ketika sang Putri mendengar raungan sang Beruang yang begitu keras malam itu, dia memastikan bahwa dia tidak perlu lagi khawatir untuk melaksanakan janjinya untuk menikahi si Penjahit Muda.
Keesokan paginya, sang Putri bangun dengan perasaan ceria, tetapi ketika dia mengunjungi kandang kuda, dilihatnya sang Penjahit Muda yang berdiri di depan pintu dalam keadaan segar bugar seperti ikan yang bergerak lincah di dalam air.
Setelah kejadian ini, sang Putri tidak bisa lagi mengelak dari janjinya. Karena itu Raja memerintahkan agar si Penjahit Muda itu dibawa ke aula istana untuk dinikahkan dengan putrinya.
Saat si Penjahit Muda dan sang Putri akan berangkat ke aula istana dengan mengendarai kereta, dua orang penjahit yang tadinya bersama-sama dengan si Penjahit Muda, menjadi iri hati dengan keberhasilan temannya tersebut. Mereka pun masuk ke dalam kandang kuda dan melepaskan sang Beruang dari pasungan.
Saat sang Beruang terbebas, dia meraung keras dan mengejar kereta yang membawa sang Penjahit Muda dan sang Putri. Sang Putri yang mendengar dan melihat beruang ini mengejar kereta mereka, menjadi ketakutan dan berkata: "Oh! Beruang itu mengejar kita dan tidak lama lagi akan menangkap kita!"
Sang Penjahit Muda tetap tenang, lalu dia berdiri di kereta sambil memandang ke arah sang Beruang dan berteriak, "Maukah kamu saya pasung sekali lagi? Jika kamu tidak pergi sekarang, saya akan memasung kamu kembali."
Ketika sang Beruang mendengarnya, dia lalu membalikkan badan dan berlari pulang sekencang mungkin. Sang Penjahit Muda melanjutkan perjalanannya ke aula istana dan menikah dengan sang Putri di sana. Akhirnya mereka berdua hidup bahagia selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar