Sabtu, 22 November 2014

Tiga Anak yang Beruntung

Tiga Anak yang Beruntung

Brothers Grimm


Seorang ayah memanggil ketiga puteranya ke hadapannya, lalu dia memberikan putra yang tertua seekor ayam jantan, kepada putra yang kedua diberinya sebuah sabit, dan yang ketiga mendapatkan seekor kucing. "Saya sudah tua," katanya, "kematianku sudah dekat dan saya berharap kalian mendapatkan pelajaran sebelum saya meninggal; saya tidak memiliki uang, dan sepertinya apa yang saya berikan sekarang kepada kalian, nilainya sangat kecil, tetapi semua tergantung dari bagaimana kalian memanfaatkannya. Carilah suatu negeri di mana benda-benda yang saya berikan kepada kalian, tidak pernah dilihat ataupun dikenal oleh penduduk negeri itu. Disanalah kalian akan mendapatkan kekayaan."
Putra ketiga dan kucingnya yang menangkap banyak tikusSetelah ayah mereka meninggal, anak yang tertua berangkat bersama ayam jantannya, tetapi kemanapun dia pergi, penduduk di negeri yang didatangi, sepertinya telah pernah melihat ayam jantan. Hal itu diketahuinya dengan cara melihat atap-atap rumah yang dihiasi dengan penunjuk arah angin yang berbentuk ayam, ataupun mendengarkan kokok ayam jantan dari kejauhan. Dan penduduk di negeri yang dilewati tidak menunjukkan kekaguman kepada ayamnya, sehingga sepertinya ia tidak akan bisa menjadi kaya di negeri tersebut.
Akhirnya ia tiba di suatu pulau di mana penduduknya tidak tahu dan tidak pernah melihat ayam jantan, bahkan mereka tidak tahu bagaimana membedakan waktu. Mereka tahu bahwa hari sudah pagi, atau siang, tetapi di saat malam, apabila mereka tidak tidur, mereka tidak pernah tahu bagaimana mengetahui waktu.
"Lihatlah!" kata putera tertua, "Mahkluk yang anggun ini! ia memiliki mahkota berwarna merah ruby di kepalanya, memakai bulu seperti layaknya kesatria, berkokok tiga kali setiap malam pada waktu tertentu, dan saat ia berkokok untuk terakhir kalinya, matahari akan segera bersinar. Tetapi jika ia berkokok di siang hari, perhatikanlah, karena akan terjadi perubahan cuaca."
Penduduk di pulau itu menjadi sangat senang, sehingga malam harinya mereka tidak tidur hanya untuk mendengarkan sang ayam jantan berkokok pada jam dua, empat dan enam, dengan keras dan jelas mengumumkan waktu. Penduduk di sana kemudian melakukan penawaran untuk membeli ayam si Putra Tertua dan bertanya berapakah harga yang pantas untuk ayam tersebut? "Emas seberat yang bisa dibawa oleh seekor keledai." jawabnya. "Harga yang sangat murah untuk mahkluk yang sangat berharga!" kata putra tertua, dan penduduk di pulau itupun setuju untuk memberikan apa yang diminta oleh putra tertua.
Ketika dia pulang ke rumah dengan kekayaannya, saudara-saudaranya menjadi kagum, dan selanjutnya yang keduapun berkata,"Yah, aku akan pergi dan melihat apakah saya bisa mendapatkan keberuntungan dengan sabit saya." Tapi itu tidak gampang baginya, karena setiap ia bertemu dengan pekerja kebun ataupun petani dimana-mana, mereka telah memiliki sabit yang disandarkan di atas bahunya.
Akhirnya, putra kedua kebetulan tiba di sebuah pulau di mana penduduk di sana tidak tahu apa-apa tentang sabit. Ketika jagung sudah siap dipanen di sana, mereka membawa meriam ke ladang dan menembakkannya ke kebun jagung. Sudah jelas cara ini tidak benar, banyak tembakan meriam yang tidak tepat jatuhnya, terkadang yang kena adalah jagungnya dan bukan batang jagung sehingga banyak jagung yang rusak, dan selain itu, suara meriam tersebut mengeluarkan suara letusan yang mengejutkan. Jadi putra kedua mengeluarkan sabitnya lalu mulai bekerja memanen dan memotong batang jagung dari bawah dengan tenang dan cepat sehingga orang-orang yang melihatnya bekerja, membuka mulut mereka dengan takjub. Akhirnya mereka sepakat untuk memberikan apa saja yang putera kedua inginkan sebagai ganti rugi untuk sabit tersebut, dan ia pun menerima kuda yang sarat dengan emas seberat yang bisa di bawa oleh kuda tersebut.
Dan sekarang putera ketiga juga ingin membawa kucingnya ke negeri yang tepat. Awalnya dia mengalami kesulitan seperti saudaranya yang lain sewaktu melakukan perjalanan, kemanapun ia pergi, di negeri-negeri tersebut banyak terdapat kucing.
Akhirnya ia berlayar ke sebuah pulau, di mana tidak ada kucing yang pernah terlihat di sana, sehingga tikus-tikus yang berada di pulau itu sudah tidak terkontrol bahkan mereka sampai menari-nari di atas meja dan kursi, walaupun pemilik rumah ada di rumah ataupun tidak. Orang-orang telah mengeluhkan hal ini kepada Raja, tetapi Raja sendiri di istana tidak tahu bagaimana caranya untuk mengamankan diri mereka dari gangguan tikus yang mencicit di setiap sudut ruangan, dan menggerogoti apa pun yang mereka temui dengan gigi mereka. Tapi sewaktu kucing putera ketiga hadir, kucing itu mulai mengejar tikus-tikus yang dilihatnya dan segera membersihkan beberapa kamar dari gangguan tikus, dan orang-orang pun memohon sang Raja untuk membeli hewan yang berguna ini untuk negara. Raja pun rela memberikan apa yang diminta oleh sang Putra Ketiga, yaitu keledai yang sarat dengan muatan emas, dan akhirnya putra ketiga pun pulang membawa harta kekayaan yang besar seperti saudara lainnya.
Sang Kucing pun sangat gembira dengan banyaknya tikus di istana kerajaan, dan membunuh begitu banyak jumlah tikus sampai tidak bisa dihitung lagi. Akhirnya sang Kucing menjadi sedikit letih dan kehausan setelah menangkap tikus. Dia pun berdiri diam, mengangkat kepalanya lalu mengeong, "Meow Meow!" Ketika orang-orang mendengar teriakan aneh ini, Raja dan seluruh rakyatnya menjadi ketakutan, dan karena takutnya, mereka berlari-larian sekaligus keluar dari istana. Kemudian Raja memanggil penasihat dan bertanya apa yang sebaiknya mereka lakukan, dan mereka mengambil keputusan untuk mengirimkan utusan untuk meminta agar sang Kucing meninggalkan istana itu dan jika sang Kucing tidak meninggalkan istana, sang Kucing akan diusir dari istana dengan paksa. Para anggota dewan penasehat mengatakan, "Lebih baik kita membiarkan diri kita diganggu oleh tikus, daripada menyerahkan hidup kita ke makhluk menakutkan seperti kucing itu." Seorang pemuda bangsawanpun diutus untuk meminta sang Kucing meninggalkan tempat itu "apakah engkau akan meninggalkan istana ini dengan damai?" tanya bangsawan itu, tetapi kucing yang kehausan ini hanya menjawab, "!Meow Meow!" Pemuda ini mengartikan bahwa sang Kucing tidak mau meninggalkan istana dan memberikan jawaban ini kepada sang Raja."Kalau begitu," kata anggota dewan penasehat, "dia akan kita paksa untuk keluar dari istana." Meriampun dikeluarkan dan ditembakkan ke istana yang dengan segera terbakar oleh api. Ketika api mencapai ruang di mana kucing itu duduk, dengan ringannya sang Kucing melompat dengan aman keluar dari jendela untuk meninggalkan istana, tetapi para pengepung tidak mengetahui hal ini dan terus menembakkan meriamnya sampai seluruh istana runtuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar